Bagaimana Cara Menumbuhkan Nilai Kebaikan Pada Anak

Anak adalah generasi bangsa, harapan bangsa. Tentunya kita sepakat masa depan bangsa sangat ditentukan oleh mereka yang sekarang menjadi anak-anak. Kelak beberapa tahun lagi mereka akan tumbuh menjadi dewasa, dan bertindak sebagai generasi pengisi dan penerus bangsa.
Sebagai bangsa kita berharap generasi penerus bangsa ini adalah mereka yang merupakan manusia yang unggul, utuh dan mungkin sempurna. Untuk mewujudkan harapan itu maka pemerintah melalui guru sebagai ujung tombak untuk membelajarkan generasi bangsa tentu sangat berharap banyak terhadap kita untuk memberi pelajaran agar mereka pintar cerdas, mendidik agar mereka pandai bergaul, supel juga meneladani agar mereka bisa melihat figur atau contoh yang baik dalam kehidupannya.
Pendidikan hakikatnya membentuk manusia yang utuh, mandiri cerdas dan pintar. Secara psikologis, anak pada saat lahir belum memiliki kata hati dan nilai-nilai. Nilai yang paling prinsip baginya adalah kehangatan dan makanan. Melalui perkembangan hidupnya ia mempelajari nilai-nilai dan diajari untuk membedakan mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang buruk. Dasar pembentukan kata hati adalah pemberian hukuman dari orang tua yang dipadukan dengan kasih sayang dan pemberian ganjaran terhadap anak, serta ketergantungan dan kasih sayang anak terhadap orang tua. Melalui proses identifikasi terhadap orang tuanya anak mengembangkan sendiri peringatan dan hukuman sebagai perwujudan kata hati. Sejak saat itu orang tua telah menanamkan kekuatan kontrol moral yang akan mengendalikan kemanapun ia pergi.
Moralitas atau penghargaan terhadap aturan perilaku, pada mulanya dipaksakan oleh orang tua terhadap anak-anaknya. Baru pada tahap selanjutnya anak mempelajari aturan yang penting dan berguna dalam kehidupan bermasyarakat. Dari aturan-aturan anak-anak belajar tentang moralitas bekerja sama atau persetujuan yang merupakan otonomi moral yang benar dan sangat penting dalam kehidupan masyarakat demokrasi. Menurut Piaget anak usia sekolah dasar merupakan tahapan yang sangat penting dalam mempelajari moralitas kerja sama. Pendidikan hendaknya mengembangkan nilai-nilai yang memungkinkan anak mampu menentukan pilihan yang stabil dan pilihan itu menjadi pegangan bagi dirinya.
Dari hal tersebut diatas, kita sebagai guru yang merupakan orang tua mereka di sekolah turut serta dalam memerankan peran penting dalam proses kehidupan mereka. Kita berperan dalam pembentukan nilai- nilai pada mereka.
Pembelajaran nilai-nilai kebaikan, hukuman dan ganjaran membentuk konsep diri yang akan melahirkan sebuah nilai dalam individu manusia yang akan menjadi acuan dalam kehidupannya. Ada 5 cara menumbuhkan nilai kebaikan pada diri anak yakni :
1. Ajarkan/ sampaikan
Ajarkan dan sampaikan nilai-nilai kebaikan pada anak, nilai-nilai agama, berbudi luhur dalam seluruh aspek kehidupan anak yakni kebaikan di rumah, di sekolah dan di masyarakat. Kaitkan setiap mata pelajaran/ tema dengan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan bagi anak-anak. Sisipkan dalam setiap pembelajaran.
2. Beri perumpamaan
Terangkanlah, sampaikanlah kebaikan itu sesuai dengan pola pikir anak hingga mereka benar-benar mengerti dan paham. Sesuaikan gaya bahasa, konsep dan strategi sesuai dengan pola penerimaan kognitif anak. Diskusikan, pancinglah agar mereka bertanya hingga kita yakin mereka benar-benar paham, mengerti.
3. Beri contoh/tauladan
Guru sebagai suri tauladan yang harus menjadi teladan bagi anak didiknya. Berikan contoh nyata/konkret tentang satu kebaikan yang langsung terlihat, terasa dan dekat dengan mereka sehingga mereka tahu, yakin melihat dengan mata dan kepala sendiri.
4. Kontrol
Perhatikan dan kontrol terus menerus perubahan pada anak, sejauh mana penanaman kebaikan dalam kehidupan sehari-harinya, di kelas, di lingkungan sekolah, interaksi dengan teman sebayanya, dengan teman sepermainnanya.
5. Kerjasama dengan orang tua di rumah
Kunci utama dari perkembangan seorang anak adalah orang tuanya, mereka pemegang peranan terbesar atas kehidupan anak, karena anak lebih banyak waktu untuk berinteraksi di rumah. Sebaik apapun pelajaran yang diberikan di sekolah jika dukungan di rumah kurang maka pelajaran di sekolah menjadi kurang bermakna. Berkomunikasilah dengan orang tua agar apa yang di belajarkan di sekolah sama dengan apa yang di tanamkan di rumah. Orang tua harus tahu apa yang sedang dipelajari di sekolah agar mereka juga ikut serta berperan dalam mengawasi perkembangan pola pikir anak di rumah.
Bagus sekai artikelnya, memberikan inspirasi.
BalasHapusLike it, bu Leny...
BalasHapusmakasihhhh ceh, mksh Anonim cici 😂
BalasHapusWah artikelnya bagus sekali, #ayokitamenulis
BalasHapushatur nuhunnn...ayo menulis
BalasHapusY bagus
BalasHapusAlhamdulilah...malam ini panitia mengumumkan dan tulisanku masuk 10 besar lomba Blog Guru kota Bandung ...Thank u Alloh...😇🤗😍😘
HapusIngin mengenal dunia.. Membacalah
BalasHapusKalau ingin dikenal dunia.. Menulislah :)
Betull sekali bu sisil 🤗
HapusCongrats.... Semangat yaa
BalasHapusiyaa selaluu ceh
Hapus